Masih terngiang kata-kata yang sering diucapkan Pak Slamet Iman Santoso,
psikolog pertama di Indonesia, yang menyatakan, aja dadi wong bodo
karena nanti akan diapusi wong pinter. (Jangan jadi orang bodoh, karena
nanti akan dibohongi orang pintar). Ringkas kata-kata yang disampaikan
dan hampir pada setiap kesempatan saat beliau memberikan kuliah atau
berbicara di hadapan orang banyak, hal itu akan diungkapkannya.
Dari sekian banyak murid-murid beliau, terutama yang pernah jadi pejabat
di pemerintah, entah ada berapa orang yang masih mau meneruskan apa
yang dipesankan Pak Slamet itu.
Memang kalau kita pikir lebih jauh, jadi orang bodoh memang akan banyak
dimanipulasi orang pintar, dan untuk menjadi orang pintar tidak perlu
harus jadi orang kaya terlebih dulu sebab banyak juga orang kaya yang
sebenarnya bodoh.
Andai mau kaya dahulu baru pintar, mungkin umur kita tidak cukup
mencapai hal itu; apakah tidak sebaiknya kita, apa pun status sosial
kita saat ini, berusahalah jadi orang pintar. Jangan mau jadi orang
bodoh. Pakai akal, jangan pakai otot terus-terusan atau mudah
diprovokasi untuk keuntungan sekelompok/segelintir orang yang akan
bahagia kalau dunia sekelilingnya tidak tenteram, tidak gemah ripah loh
jinawi, tidak damai, apalagi sejahtera.
Kunci tunggalnya adalah belajar, belajar untuk menjadi lebih pintar.
Jangan mengharapkan ikan semata-mata, tetapi carilah kail untuk
mendapatkan ikan lebih banyak.
Menurut Gordon Dryden dan Dr Jeannette Vos, terdapat beberapa langkah
mudah menuju proses belajar yang lebih baik, yang dapat dilakukan siapa
saja, yaitu sebagai berikut.
1. Ambil Pelajaran dari Dunia Olahraga
Para olahragawan rata-rata memiliki mimpi yang sepertinya mustahil untuk
dicapai. Bagaimana dapat menempuh lari 100 meter di bawah 8 detik,
bagaimana memecahkan rekor golf dengan nilai dari 100 ke 90 atau ke 80.
Untuk mencapai hal seperti itu, satukanlah kekuatan yang ada: pikiran,
tubuh, dan tindakan. Olahraga adalah kegiatan nyata. Tidak dapat dicapai
atau melahirkan sesuatu hanya dengan membaca saja atau melihat.
Kita tidak dapat menjadi pengemudi hanya dengan membaca buku, tetapi
kita harus benar-benar duduk di balik kemudi dan melakukan sebagaimana
yang diajarkan dari buku dan tentu saja seorang pelatih yang kita
percaya.
2. Berani Bermimpi
Apakah sebenarnya yang tidak mungkin di dunia ini kalau kita yakini
betul-betul dan kita gunakan logika pikir kita? Semua pasti dapat
dilakukan dan dicapai, bermimpilah bahwa sesuatu yang kita yakini akan
menjadi kenyataan. Mau jadi apa sih kita?
Pengemudi metromini yang profesional? Menjadi panutan yang dapat membawa
perbaikan hidup masyarakat sekitar? Menjadi pedagang kaki lima yang
tahu aturan? Menjadi petugas tramtib yang profesional? Mau menjadi
polisi atau tentara yang profesionalkah? Terimalah suatu tantangan
besar: berani membayangkan apa yang ingin kita raih.
3. Tentukan Tujuan Secara Spesifik/Khusus, Realistis, dan Tentukan Batas Waktunya.
Awalnya tanyakan pada diri sendiri, apa sih yang saya maui? Mengapa hal
itu saya maui dan bagaimana saya dapat mempelajarinya? Apa saja yang
perlu saya ketahui dan kuasai agar hal itu dapat dicapai? Kita akan
lebih mudah mempelajari sesuatu bila memiliki tujuan tertentu. Jika
sudah kita lakukan, bagi-bagilah tujuan tersebut menjadi langkah-langkah
kecil yang mudah untuk dilakukan. Yang juga penting, tentukanlah
tenggat waktu yang realistis untuk setiap langkah sehingga kita dapat
memprediksi keberhasilan kita.
4. Dapatkan Segera Pemandu yang Antusias
Apa yang kita pelajari sesungguhnya bukan hal yang baru dan banyak juga
orang lain yang juga sudah berusaha melakukannya. Kita tidak mungkin
mendapatkan sesuatu tanpa orang lain, kita perlu orang lain untuk kita
mintai pendapat atau nasihatnya. Akan jauh lebih baik lagi kalau kita
dan dia bisa bertukar keterampilan, saling mengisi.
5. Peroleh Gambaran yang Menyeluruh
Tanya dan temukan gambaran besar sesuatu sebelum mempelajari yang
kecil-kecil. Ingat puzzle? Berapa pun potongan yang harus kita susun,
akan lebih mudah kalau kita melihat terlebih dulu gambaran keseluruhan
yang terdapat di kemasannya. Bayangkan, kalau kita harus menyusun dari
lebih 10.000 potong tanpa tahu gambaran keseluruhannya. Mungkin juga
tidak akan ada yang mau membeli puzzle tersebut bilamana tidak dijumpai
gambaran keseluruhannya dalam kemasannya.
0 komentar:
Posting Komentar