Kini jelas sudah, ternyata jenazah yang bersembunyi di dalam rumah di Temanggung Jawa Tengah, itu ternyata bukan Noordin M Top, melainkan Ibrohim.
Polisi butuh waktu lebih dari 17 jam, 600 anggota tim antiteror Detasemen Khusus 88, ratusan peluru yang dimuntahkan, serta tak kurang dari lima bom berdaya ledak rendah untuk melumpuhkannya. Tapi ternyata, Ibrohim tewas akibat satu luka di bagian punggung, yang itupun merupakan peluru pantulan.
Memang perlu kehati-hatian untuk membekuk Noordin yang dicurigai selalu melilitkan rompi berbahan peledak di tubuhnya. Namun, andaikan saja polisi menggunakan teknologi through-the-wall surveillance (TWS), mungkin polisi tak perlu melalui drama ‘mencekam’ selama 17 jam untuk membekuk Ibrohim di dalam rumah.
Sesuai dengan artinya – alat mata-mata tembus dinding, teknologi TWS mampu mengetahui lokasi dan gerak-gerik seseorang yang berada di balik dinding rumah, baik dinding kayu, bata maupun beton.
Dengan teknologi ini, tentara atau penegak hukum bisa mengetahui secara visual (dua dimensi maupun tiga dimensi): berapa orang yang sedang berada di dalam rumah, aktivitas apa yang sedang dilakukan, apakah bergerak atau diam.
Maka, alat ini sangat cocok untuk kegiatan penyelamatan penyanderaan oleh teroris, atau penyergapan seperti kasus Temanggung, karena dapat membantu polisi memperkecil resiko saat aksi dilakukan.
0 komentar:
Posting Komentar